Assalamu allaikum.. hei, kalau kamu-kamu orang Islam, tolong
sediakan waktu untuk membaca yaa? Tapi kalau nggak mau juga nggak apa-apa sih,
karena nggak mau maksa juga. Tapi kalau ada yang bersedia meluangkan waktu
untuk ngebaca makasih banget yaa? Dan maaf banget kalau cerpen ini agak terlalu
panjang. Hehe.. selamat membaca. Semoga kalian suka. ^_^
“Tettt...tettt...” bunyi bel
sekolah berdering menandakan bahwa para siswa/i harus segera memasuki kelas
untuk mengikuti pelajaran pertama. Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran
Agama. Ibu Riska bertubuh tinggi langsing dan putih cantik pun memasuki kelas
dan memberi salam.
“Assalamu allaikum anak-anak”
salam sang guru.
“Wa’allaikum salam bu guruuu”
jawab kami serempak.
Bu Riska pun meletakkan buku
bawaannya serta tasnya diatas mejanya. Bu Riska itu manis sekali dengan
kerudung biru muda panjangnya. Sejenak aku pun berfikir “Pengen deh kayak bu Riska, meskipun menutup
aurat tapi tetep cantik. Tapiii... pasti gerah banget deh”gumamku
dalam hati.
“Baiklah, ibu absen dulu ya?”
ucap bu Riska. Bu Riska pun meng-absen murid satu per satu. Hingga tiba pada
huruf N “Nadhirah Asyifa”
“Hadir buk” jawabku. Nadhirah
Asyifa, itulah namaku, seorang gadis remaja berusia hampir 17 tahun yang masih
duduk dibangku kelas dua SMA. Kata ibuku, Nadhirah itu artinya “yang segar”
sedangkan Syifa “Obat penawar”. Entahlah, mungkin aku dianggap suatu berkah
yang akan menjadi segala macam obat yang segar untuk kedua orang tuaku karena
aku adalah anak tunggal.
Aku lumayan dekat dengan bu
Riska, usianya masih sangat muda, yaitu 23 tahun. Aku sering bertanya padanya
tentang hal-hal yang tidak aku ketahui. Aku menganggap dia sebagai kakakku,
karena aku adalah anak tunggal, jadi aku butuh sosok seorang kakak dan dia pun
juga sudah lumayan kenal dengan kedua orang tuaku karena aku pernah mengajaknya
kerumahku beberapa kali. Dan aku pernah menanyakan sesuatu kepadanya:
“Mbak, sejak kapan sih mbak pakek
kerudung?” tanyaku pada bu Riska. Kalau diluar kelas atau diluar sekolah, aku
lebih suka memanggilnya dengan sebutan mbak, karena dia masih muda dan cocok
dipanggil dengan panggilan itu.
“Sejak mbak tamat SMA. Mungkin
agak terlambat sih. Tapiii... nggak ada kata terlambat bagi Allah Dhira.” Jawab
mbak Riska tersenyum.
“Apa alasan mbak memutuskan untuk
memakan kerudung?” tanyaku lagi.
“Alasannya karena Allah. Mbak
emang merasa terlambat menyadarinya, tapi mbak yakin Allah selalu memberi
kesempatan untuk hambanya. Allah juga sudah menjelaskan dalam surat An-Nur ayat
31 yang artinya “Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung” jadiii,
kapan kamu mau seperti mbak?”
“Hehe, ntar ya mbak kalau udah
dapat hidayah” jawabku.
Mbak Riska pun hanya
menggeleng-geleng kepala dan tersenyum.
***
Bel istirahat sudah berbunyi.
“Dhira, kekantin yuk? Laper nih” ajak sahabatku, Reni namanya.
“Aku nggak laper Ren, kamu aja
ya?”
“Ehmmmm, it’s oke.” Jawabnya
tersenyum pahit dan berlalu meninggalkanku.
Beneran deh, aku tuh nggak laper.
Aku masih pengen melanjutkan bacaan novelku, Bumi Cinta karya Habiburrahman.
Telingaku grasak-grusuk mendengar obrolan-obrolah temen-temen sekelasku.
“Lin, kamu valentine entar mau
ngerayain sama siapa?” tanya Reva kepada Lina.
“Ya sama pacarku dong si Danil.
Semalam dia ngajak aku gitu, katanya pas valentine entar dia tuh pengen makan
malam romantis sama aku di Restorant terkenal. Habis itu dia pengen ngajak aku
ngeliat kembang api gitu.” Jawab Lina penuh antusias.
“Aduuuhh.... romantis banget sih.
Jadi iri nih” sahut yang lainnya, si Tika. “Terus kamu valentine sama siapa
Va?” tanya Tika kepada Reva.
“Sama gebetan baru aku dong.
Kalian pasti belum kenal kan? Nih, aku ada fotonya.” Reva tak kalah antusiasnya
sambil menunjukkan foto gebetannya kepada teman-temannya.
“Wuih, ganteng binggo Va” jawab
Lina dan Tika serempak. “Anak mana tuh?” tanya Tika.
“Anak SMA 1, anak orang kaya
pulak. Dia ngajak aku valentine ntar. Yaaaa aku jawab aja mau. Kali aja aku
bakal ditembak sama dia.” Kata Reva lebih semangat.
“Tika, Jangan bilang kamu ngga
ngerayain valentine? Duuuhh, hari gini nggak ngerayain valentine, plis deh
Tika, setahun sekali looooh.” Ejek Reva..
“Hehe, adaaa. Tenang aja,
sebenernya aku udah punya pacar. Tapi, jangan bilang siapa-siapa ya?” si Tika
angkat bicara..
“Wah parah, punya pacar nggak
bilang-bilang ke kita. PARAH. Jadi, siapa pacarmu?” si Lina kepo binggo.
“Aku pacaran sama ketua tim
sanggar seni di sekolah kita” Tika agak berbisik kepada kedua sahabatnya. Tapi
cukuplah untuk aku mendengar percakapan mereka.
“APA?” Reva dan Lina tak percaya.
“Hussst... jangan berisik dong”
sahut Tika.
Tanpa ku ketahui, Tika melirik
kearahku. Mungkin dia takut aku mengetahui hubungannya dengan Reihan si ketua
tim sanggar seni yang lumayan ganteng itu, karena dikelas ini hanya mereka bertiga
dan aku doang, sedangkan yang lainnya mungkin kekantin atau kemana gitu.
“Hei...Dhira” Tika memanggilku.
Aku pun menoleh kebelakang,
kearah mereka. “Ya” jawabku.
“Kamu lagi nggak nguping kan?”
tanya Tika.
“Hehe...Enggaaak. Tapi jangan
salahin aku kalau aku punya telinga dan bisa mendengar yaaa?.” Jawabku
tersenyum.
“Ya deh nggak apa-apa. Ehhmm,
Dhir..tiga hari lagi valentine. Kamu ngerayain sama siapa Dhira?” tanya Tika.
“Kepo banget sih Tika, ya pasti
sama pacar Dhira lah” belum sempat aku menjawab, Reva malah menyambung. Mereka
emang ramah dan nggak bermusuhan sama aku.
Aku pun tersenyum dan menjawab
“Aku nggak punya pacar. Aku nggak boleh pacaran. Bahayaaa, masih sekolah kok
pacaran” jawabku polos dan tersenyum.
Mereka bertiga pun mendekatiku.
“Serius kamu nggak punya pacar? Nggak pernah pacaran? OMG HELLLOOO” kata Lina
lebay. Aku pun menggeleng. “Aku kenalin sama temen aku mau nggak? Ganteng loh,
kebetulan dia lagi jomblo. Namanya Riko anak 2 IPS 1. Kamu pasti kenal kan?”
Lina menawarkan.
“Owh nggak usah, aku masih mau
fokus sama sekolah dulu.” Jawabku.
Alhamdulillah, bel berbunyi tanda
masuk pelajaran baru dan menyelesaikan pembicaraan yang menurutku nggak
penting.
***
Sepulang sekolah.
“Ren, kamu nggak ngerayain
valentine?” tanyaku pada sabahatku, Reni. Aku penasaran apakah sahabatku ini
juga merayakan atau enggak.
“Enggak.” Jawabnya singkat.
“Kenapa? Padahal anak-anak yang
lain pada heboh banget sama valentine”
“Yaaaa menurut aku nggak penting
aja. Valentine, hari kasih sayang. Logikanya, berarti hari kasih sayang itu
setahun cuma sekali dong.” Ucap Reni. “Kalau hari kasih sayang cuma sehari,
terus hari lainnya hari apa? Masuk akal nggak sih? Lagi pula setahu aku,
valentine itu adat dari orang-orang asing dan adat dari orang non muslim yang
kita sendiri nggak tau latar belakangnya gimana. Betul nggak?” lanjutnya.
Aku pun manggut-manggut.
***
Dirumah....
Aku menelfon mbak Riska.
“Assalamu allaikum mbak. Lagi
sibuk nggak?” sapaku.
“Wa’allaikum sallam. Enggak Dhir,
mbak lagi istirahat aja ni. Emang ada apa?” tanyanya diseberang sana.
“Jalan-jalan yuk mbak ntar sore?
Borring nih, makan dimana gitu. Sekalian aku pengen nanya sesuatu sama mbak,
aku penasaran.”
“Ehmm, boleh-boleh. jam empat
kita ketemuan di Cafe biasa ya?”
“Oke mbak” jawabku.
Jam 15.40....
“Ibu, aku boleh pergi nggak?”
“Mau kemana kamu nak?” tanya ibu
ramah.
“Aku mau makan sama mbak Riska.
Boleh yaaaa?” pintaku manja.
“Iya boleh. tapi sebelum magrib
harus udah nyampek rumah ya?”
“Iya ibuku sayang” aku pun
mencium tangan ibu. “Dhira pamit bu. Assalamu allaikum.” Lanjutku.
“Wa’allaikum salam. Hati-hati tuh
yaaa?” ucap ibuku agak teriak.
“Iya buuu”
***
Di Cafe...
Aku menceritakan kepada mbak
Riska mengenai obrolanku dengan Reva the geng tadi disekolah. Sungguh, aku
benar-benar penasaran tentang Valentine.
“Haha Dhira Dhira, kenapa kamu
nggak cari jawabannya diinternet aja? Kan diinternet semuanya ada. Pastilah
tentang Valentine juga ada.” Ucap Mbak Riska.
“Hehe iya juga ya” jawabku polos
sambil garuk-garuk kepala, padahal kepalaku nggak gatal sama sekali. Hehe.. “Ya
tapi berhubung udah sama mbak, mbak jelasin aja valentine itu apa? Pokoknya
this is about valentine day lah.” Lanjutku.
“Oke. Nih mbak jelasin ya? Mbak
pun tau nya dari mbah google loh. Emmm...Tentang sejarah Valentine ini ada
banyak versi yang menyebutkan, tetapi dari sekian banyak versi menyimpulkan
bahwa hari Valentine nggak punya latar belakang yang jelas sama sekali.
Perayaan ini udah ada semenjak abad ke-4 SM, yang diadakan pada tanggal 15
Februari, perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus,
dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit
kambing. Acara ini berbentuk upacara dan didalamnya diselingi penarikan undian
untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama,
para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu
tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah
sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan kekotak undian lagi pada
upacara tahun berikutnya, di google sih gitu ditulis.”
Dia pun melanjutkan “Nah, dalam surat al-An’am ayat 116
yang artinya tuh begini, dan jika
kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”
“Hari kasih sayang dirayakan oleh
orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut “valentine day” yang amat
populer dan merebak dipelupuk Indonesia, bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih
lagi kalau menjelangnya bulan Februari, dimana banyak kita temui jargon-jargon
(simbol-simbol atau iklan-iklan) yang nggak Islami hanya wujud demi untuk
mengekspos (mempromosi) Valentine.”
“Berbagai tempat hiburan bermula
dari diskotik, hotel-hotel, organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok
kecil, ramai yang berlomba-lomba menawarkan acara untuk merayakan Valentine.
Dengan dukungan (pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio maupun
televisi; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki (dihidangkan) dengan
iklan-iklan Valentine day.”
“Sungguh merupakan hal yang
ironis (menyedihkan/nggak sepatutnya lah terjadi) apabila telinga kita
mendengar bahkan kita sendiri ‘terjun’ dalam perayaan Valentine itu sendiri.
Valentine itu sebenarnya adalah seorang Martyr (nah kalau dalam Islam disebut
Syuhada) yang karena kesalahan dan sifatnya yang ‘dermawan’ maka dia diberi
gelaran Saint atau Santo.”
“Pada tanggal 14 Februari 270 M,
St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu
itu yaitu Raja Claudius II yang seinget mbak itu pada tahun kurang lebih
268-270 M gitu lah. Nah, untuk mengagungkan dia si St. Valentine itu yang
dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi
cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai
‘upacara keagamaan’.”
“Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara
keagamaan’ tersebut mulai berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi ‘perayaan
yang bukan keagamaan’. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan
kasih sayang bangsa Romawi Kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada
tanggal 15 Februari.”
“Setelah orang-orang Romawi itu
masuk agama Nasrani (Kristen), pesta “Supercalis” kemudian dikaitkan dengan
upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine
sebagai “Hari kasih sayang” juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa
waktu kasih sayang itu mulai bersemi “Bagai burung jantan dan betina” pada
tanggal 14 Februari. Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan
terdapat kata “Galentine” yang berarti ‘galant’ atau ‘cinta’. Persamaan bunyi
antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para
pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan
berkembangnya zaman, seorang ‘martyr’ bernama St. Valentine mungkin akan terus
bergeser jauh pengertiannya (jauh dari arti yang sebenarnya). Manusia pada
zaman sekarang nggak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari valentine.
Dimana pada zaman sekarang ini orang mengenal valentine lewat (melalui greeting
card lah, pesta persaudaraan lah, tukar kado lah dan sebagainya tanpa ingin
mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.”
“Nah, dari sini dapat diambil
kesimpulan bahwa moment (hal/saat/waktu) ini hanyalah nggak lebih bercorak
kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merusak ‘akidah’ muslim dan
muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan (bertopengkan
percintaan), perjodohan dan kasih sayang.”
“Padahal dalam alqur’an udah dijelasin loh. Kalau nggak
salah dalam surat Al-Isra ayat 36 yang artinya Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
“Dalam Islam kata “tahu” berarti
mampu mengindera (mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh
hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya.
Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu
sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan, bagaimana dan dimana, akan tetapi lebih
dari itu Dhira. Oleh karena itu, Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng,
(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut
Taqlid.”
“Dalam hadis Rasulullah Saw juga
dijelaskan “Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia
termasuk kaum (agama) itu. Makanya Dhira jangan ikut-ikutan ya?
Nggak mau jadi syirik kan?”
“Nggak mau lah mbak” jawabku.
“Yang perlu Dhira tau, dalam
masalah Valentine itu perlu dipahami secara mendalam terutama dari kacamata
agama karena kehidupan kita nggak bisa lari atau lepas dari agama Islam sebagai
pandangan hidup.”
Lanjut Part 2
No comments:
Post a Comment