Monday, February 24, 2020

Mengenal Warisan Indatu Peusijuk

Sepeti yang rakan ketahui Aceh kaya akan Tradisi dan salah satu tradisi tersebut adalah tradisi peusijuek yang merupakan warisan indatu bermakna amat simbolis untuk mendukung kegairahan hidup dan silaturahmi masyarakat Aceh. Hingga mampu dijaga dan dilestarikan sampai kini.

Peusijuek ini mirip dengan tradisi tepung tawar dalam budaya melayu merupakan tradisi lama masyarakat Aceh yang berdasarkan kepercayaan nenek moyang teralkutulturasi oleh ajaran  agama Islam. Tradisi ini biasanya sering dilakukan di hampir semua kegiatan adat masyarakat Aceh, seperti syukuran, selesai atau terlepas dari musubah, memulai sebuah usaha, pernikahan dan upacara adat lainnya. Menurut sejarahnya, Tradisi Peusijuek ini merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Hindu yang disebabkan karena hubungan antara Aceh dan India di masa lampau, sehingga secara tidak langsung budaya Hindu yang dibawa memberi pengaruh pada kebudayaan masyarakat Aceh.
Dalam perjalanannya, budaya Peusijuek ini mendapat banyak sorotan dari ulama-ulama reformis. Peusijuk dianggap syirik dan tidak ada dasarnya dalam Al Qur’an dan hadist. Pertentangan terjadi antara ulama reformis dan ulama tradisional yang masih melakukan tradisi ini dalam kesehariannya. Nyatanya, sampai sekarang, Peusijuek masih terus bertahan dan dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat Aceh sendiri, sebagai sebuah budaya Islam. 

Upacara peusijuk yang dilaksanakan menggunakan mantra atau doa-doa tertentu dimasa lampau telah diganti dengan memasukan unsur ke-Islaman didalamnya seperti doa-doa keselamatan maupun shalawat atau disesuaikan dengan momen dari Peusijuek tersebut. Maka dari tinjauan tersebut dapat disimpulkan bahwa peusijuek sangat sarat dengan nilai-nilai keislaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai Islam, sehingga menjadi sebuah kepercayaan masyarakat.

Peusijuek dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan sebagai 'menepung tawari' berarti membuat sesuatu menjadi "sejuk", "dingin" (sijuek berarti sejuk atau dingin) yang mengandung makna bahwa dengan mengadakan peusijuek atau menepung tawari diharapkan akan memperoleh berkat, selamat atau akan berada dalam keadaan baik 

 Ada beberapa macam jenis Peusijuek
 a.       Peusijuek Meulangga
Peusijuk untuk menyelesaikan perselisihan. Misalnya terjadi perselisihan diantara penduduk gampoeng A dengan penduduk gampoeng B, setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek tersebut. Basanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

b.      Peusijuek Pade Bijeh
Acara yang biasanya dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit) sebelum penyemaian di sawah dengan  mengandung harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rakhmat dari Allah SWT, tumbuh subur dan berbuah banyak yang biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

c.       Peusijuek  Tempat Tinggal
Peusijuek Tempat Tinggal dilaksanakan ketika seseorang menempati rumah baru. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil berkah agar yang tinggal di tempat ini mendapat ridha Allah SWT, mudah rezeki dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Biasanya dilakukan baik dalam masyarakat pedasaan maupun masyarakat modern perkotaan. 

 d.      Peusijuek  Peudong Rumoh
Peusijuek Peudong Rumoh dilaksanakan ketika ingin membangun rumah (peudong rumoh). Yang di peusijuek  biasanya adalah tiang (tameh) raja, dan tameh putroe serta tukang yang mengerjakannya (utoh) agar diberkati oleh Allah SWT. Biasanya sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

e.        Peusijuek  Kendaraan
Mengadakan peusijuek kepada orang yang membeli atau memiliki kendaraan baru. Hal ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai akan terhindar dari kecelakaan. Biasanya dilakukan oleh dalam masyarakat pedesaan maupun masyarakat modern perkotaan.

f.      Peusijuek  Naik Haji, Khitanan,  dan Perkawinan
Peusijuk yang dilaksanakan ketika seseorang naik haji, khitanan ataupun mengadakan perkawinan. Peusijuek ini dimaksudkan agar mendapat berkah bagi orang yang naik haji, anak yang dikhitan dan calon pengantin. Biasanya dilakukan oleh dalam masyarakat pedesaan maupun masyarakat modern perkotaan. 

Pelaksanaan ritual Peusijuek biasanya dilakukan oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan oleh masyarakat. Hal ini diharuskan karena tradisi Peusijuek merupakan ritual yang dianggap sakral, sehingga untuk melakukannya haruslah orang yang paling mengerti tentang doa-doa dan proses dalam ritual tersebut. Apabila orang yang di Peusijuek adalah kaum laki-laki, biasanya adakan dilakukan oleh Teungku atau Ustadz. Sedangkan apa bila yang di Peusijuek adalah kaum perempuan, maka akan dilakukan oleh Ummi atau seorang wanita yang dituakan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi Peusijuek ini ada 3 hal yang paling penting, yaitu perangkat alat serta bahan peusijuek, gerakan, dan doa.

Peusijuek biasanya terdiri dari talam, bu leukat( ketan), u mirah (kelapa merah), breueh pade (beras), teupong taweue (tepung yang dicampur air), on sisikuek( sejenis daun cocor bebek), manek manoe(jenis daun-daunan), naleueng sambo (sejenis rumput),glok (tempat cuci tangan) dan sangee(tudung saji). Bagi masyarakat Aceh, setiap bahan Peusijuek ini memiliki filosofi dan arti khusus di dalamnya.

Budaya dan Agama harus dijalan secara berdampingan dengan segala kebaikan yang ada di dalamnya sehingga harus dihormati dan dijaga keberadaannya.

Sekian pengenalan tentang “Tradisi Peusijuek Dalam Budaya Masyarakat Aceh”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan  tentang tradisi dan budaya masyarakat di Indonesia. untuk yang ingin lebih tau bagaimana prosesi Peusijuk dalam bentuk video silahkan rakan klik disini 
 
Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id, negerikuindonesia.com



No comments:

Post a Comment